Industri perfilman di Indonesia nampaknya tak mengenal kata surut. Betapa tidak, sejak tahun 1980an film-film Indonesia bisa menjadi raja di negeri sendiri, bahkan hingga memasuki abad 21 banyak anak bangsa kreatif yang memproduksi beberapa film dengan berbagai tema, yang menarik minat para penggemar film tanah air. Seperti Ada Apa dengan Cinta (2002), Ayat-Ayat Cinta (2008) ataupun Jelangkung (2001).
Namun tampaknya ide-ide kreatif para pesohor film nasional kini banyak yang telah mengalami peyorasi. Saat ini, film-film Indonesia banyak yang bertemakan horor yang bercampur dengan adegan-adegan yang dapat membangkitkan birahi. Kita ambil contoh Suster Keramas ataupun Hantu Puncak Datang Bulan, hingga saat ini kedua film tersebut masih menjadi kontroversi beberapa pihak Sebelumnya bahkan ada film bertemakan cinta yang dilarang dan dicabut izinnya yakni film Buruan Cium Gue. Entah apa penyebab moral perfilman Indonesia kembali merosot hingga kondisinya persis seperti film-film tahun 1970an, seperti Bernafas Dalam Lumpur (1970) atau Tante Girang (1974).
Dan anehnya, film-film tersebut lulus sensor, sehingga dapat ditonton oleh seluruh penggemar film di negeri ini. Inilah yang saya herankan, mengapa adegan-adegan yang notabene berbau pornografi tersebut bisa lulus sensor? Ini menjadi sebuah tanda tanya besar yang dihadapkan pada kinerja lembaga sensor film kita dalam menyaring dan menyeleksi film-film. Semoga hal ini takkan terulang lagi di masa yang akan datang.
(kalau ada yang penasaran dengan trailernya, bisa klik link dibawah)
trailer Suster Keramas
trailer Hantu Puncak Datang Bulan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar