Setiap bidang kajian ilmu pasti memiliki masalah-masalah tersendiri sesuai dengan objeknya masing-masing. Tak terkecuali halnya dengan ilmu sejarah. Tidak sedikit masalah yang dihadapi ilmu sejarah, mulai dari historiografi, posisi sejarah dalam dunia ilmu pengetahuan sampai dengan keobjektifan tulisan sejarah. Namun disini saya hanya akan menyoroti masalah posisi sejarah dalam dunia ilmu pengetahuan.
Apabila kita mendengar kata ‘sejarah’, maka yang akan terbesit dalam pikiran kita adalah ilmu sosial. Namun jangan salah, kini banyak yang menempatkan ilmu sejarah kedalam humaniora. Humaniora adalah ilmu tentang kemanusiaan yang lebih menekankan pada kajian yang cenderung berfungsi untuk memanusiakan manusia (Ismaun, 2005: 180-181) layaknya seni dan sastra. Beberapa perguruan tinggi sekaliber UI, UGM dan UNPAD pun memasukkan jurusan sejarah ke dalam fakultas sastra. Sedangkan STKIP, IKIP dan UPI menganggap ilmu sejarah sebagai bagian dari ilmu sosial, karena sejarah masih ditempatkan satu fakultas dengan ilmu-ilmu sosial lainnya.
Memang sulit untuk menentukan secara pasti posisi ilmu sejarah dalam dunia ilmu pengetahuan. Sejarah dapat dianggap sebagai bagian dari humaniora, dalam hal ini fungsi sejarah sebagai seni lebih dikedepankan. Dapat dilihat pada salah satu bagian dari metodologi ilmu sejarah, yakni historiografi yang banyak menggunakan bahasa yang menarik. Pemilihan kata (diksi) yang tepat, serta penyusunan kalimat yang baik tentu saja membuat suatu narasi sejarah –hasil rekonstruksi masa lampau– lebih menarik dan enak untuk dibaca.
Terlepas dari fungsi sejarah sebagai seni, ilmu sejarah juga dapat digolongkan kedalam bagian ilmu sosial. Hal ini dikarenakan objek kajian ilmu sejarah serupa dengan objek kajian ilmu-ilmu sosial lainnya, yakni manusia. Walau begitu antara ilmu sejarah dengan ilmu-ilmu sosial lainnya masih memiliki perbedaan. Perbedaan yang paling mencolok adalah dari segi waktu, ilmu sejarah sangat terikat oleh waktu (khususnya waktu yang bersifat lampau), sedangkan ilmu-ilmu sosial lainnya tidak begitu terikat oleh waktu. Selain itu, sejarah bersifat ideografik, sedangkan ilmu-ilmu sosial lainnya bersifat nomotetik (Ismaun, 2005: 195). Dalam memandang beberapa peristiwa yang sejenis, ilmu sejarah lebih meneliti keunikan masing-masing peristiwa, sehinnga didapatkan perbedaan antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Ssedangkan ilmu-ilmu sosial lainnya lebih meneliti persamaan diantara peristiwa-peristiwa tersebut, sehingga diperoleh kesimpulan atau generalisasi yang berlaku secara keseluruhan. Dengan kata lain, ilmu sejarah lebih melihat perbedaannya, sedangkan ilmu-ilmu sosial lainnya lebih melihat persamaannya.
Berdasarkan penjelasan diatas, nampaknya ilmu sejarah memiliki peran ganda, karena dapat dianggap sebagai bagian dari humaniora sekaligus bagian dari limu sosial. Hal ini dikarenakan ilmu sejarah memiliki ciri-ciri yang sama –walau tidak seluruhnya– dengan ilmu-ilmu humaniora lainnya dan dengan ilmu-ilmu sosial lainnya. Mungkin atas dasar itulah ilmu sejarah dikatakan unik dalam dunia ilmu pengetahuan.
08 Juni 2010
Sejarah = Ilmu Sosial Atau Humaniora
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar